ARTIKEL "Sejarah Bimbingan dan Konseling"
Bimbingan dan konseling sebenarnya telah
ada dalam masyarakat sejak dahulu. Sejak manusia ada, konsep membantu sudah
ada. Sebagai contoh, di jaman purba di mana kehidupan manusia masih sederhana,
bila seseorang dalam perburuan sedang terluka oleh terkaman hewan buruanya,
maka secara instink ataupun reflek ia akan meminta bantuan dan temanya atau
orang lain terdorong untuk segera memberikan bantuan atau pertolongan. Dari keadaan
ini dapat dikatakan bahwa bantuan adalah upayayang muncul dari hakekat manusia,
sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial.
Bimbingan dan konseling merupakan
cabang ilmu pengetahuan yang tergolong masih muda dibandingkan dengan ilmu
pengetahuan lainya. Yang dimana bimbingan dan konseling berasal dari Amerika
Serikat. Berikut ini akan di jelaskan secara
singkat sejarah dan latar belakang Bimbingan dan Konseling.
1. Sejarah
Bimbingan dan Konseling di Amerika
Bimbingan dan Konseling pertama kali lahir di Amerika pada
awal abad XX dengan tokoh-tokoh antara lain : Frank Parson,Jesse B.Davis,El
Wever, John Brever dan masih banyak lagi. Pada tahun 1908 Frank Persons membuka
klinik di Boston dengan nama Boston Vocational Bureau yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan informasi dan pelatihan bagi pemuda yang ingin mencari
kerja. Lembaga ini juga melatih guru di sekolah untuk dapat menyeleksi dan
memberi nasihat kepada siswa dalam pemilihan sekolah yang lebih tepat untuk
karirnya nanti.
Tahun 1909 Frank Persons menerbitkan buku “chosing a vocation” yang kemudian melalui buku
ini berhasil mengidentifikasi dan mengenalkan profesi baru untuk membantu orang
lain sehingga dia dikenal sebagai “Father of The Guidance
Movement in American Education”.
Pada tahun 1913 muncul sebuah gerakan bimbingan
bagi anak-anak muda yang belum berpengalaman bekerja yang diwadahi oleh National Vocational Guidance Association yang
kemudian istilah guidance “bimbingan” menjadi
label yang popular dalam gerakan konseling di sekolah-sekolah hampir kurang
lebih 50 tahun. Banyak tokoh-tokoh yang mempelopori gerakan bimbingan dan
konseling sehingga sangat berpengaruh terhadap sejarah bimbingan dan konseling
seperti Jessi B Davis, Anna Y. Reed, Eli W. Weaver dan David S. Hill.
Kemudian dalam kurun waktu seperempat abad XX, dua perkembangan signifikan
dalam psikologi mempengaruhi perkembangan gerakan bimbingan dan konseling di
sekolah, yaitu : Pengenalan dan pengembangan tes psikologis standar yang
diberikan secara kelompok dan gerakan kesehatan mental. Perubahan ini dimulai
sejak tahun 1905 ketika Psikolog perancis Alfred Binet dan Theodore Simon
memperkenalkan tes kecerdasan untuk pertama kali. Kemudian tahun 1916 versi
terjemahan dan revisi diperkenalkan di AS oleh Lewis M. Terman dan
kolega-kolega di Universitas Stanford dan tes kecerdasan ini populer
sekolah-sekolah. Pada Tahun 1920-an di kalangan pendidik professional, terjadi
sebuah gerakan progersif yang membuka terobosan baru bagi sebuah era
pendidikan. Banyak konselor pada masa ini yang mengakui dalam perspektif
pendidikan progresif, siswa dan guru semestinya membuat rencana bersama-sama,
bahwa lingkungan social anak semestinya diperbaiki, bahwa kebutuhan dan keinginan
perkembangan siswa semestinya diperhatikan dan bahwa lingkungan psikologis
ruang kelas mestinya positif dan menguatkan. Sejak tahun 1920-an ini pula
program bimbingan yang terorganisasi mulai muncul dengan frekuensi tinggi di
jenjang SMP, lebih intensif lagi di SMA dengan pengangkatan guru BK. Bimbingan
dan konseling di Jejang SD juga mulai tampak akhir 1920-an dan awal 1930-an
dipicu oleh tulisan-tulisan dan usaha keras William Burnham yang menekankan
guru untuk memajukan kesehatan mental anak yang memang diabaikan pada era
itu. Dengan keberhasilan gerakan pata tahun 1920an ini Banyak pihak
mulai mengakui manfaat gerakan bimbingan, maka pendukung gerakan mulai
memikirkan program bimbingan siswa dapat disediakan di setiap jenjang dari SD
sampai SMA.
Akhir PD II, gerakan bimbingan mulai menampaki
vitalitas dan arah yang baru. Tokoh dari gerakan ini adalah Carl Rogers yang
memberi pengaruh yang besar sebagai gerakan konseling di sekolah dan
masyarakat. Rogers mengusulkan sebuah teori konseling baru di dua buku
terpentingya: Counseling and Psychoterapy (1942)
menawarkan konseling non direktif sebagai alternative untuk metode tradisional
yang lebih direktif sifatnya. Ia menekankan tanggung jawab klien untuk memahami
problemnya sendiri dan memicu mereka mengembangkan diri; Teori ini dilabeli
“non direktif” (tidak mengarahkan) karena bertolak belakang dengan pendekatan
tradisional yang berpusat pada intervensi konselor saat menangani problem
siswa. Buku yang kedua “Client-centered Therapy “
mengusulkan perubahan semantic dari konseling non direktif menjadi
‘berpusatklien’, namun yang lebih penting lagi , meletakkan titik berat pada
kemungkinan pertumbuhan dalam diri klien. Pengaruh dari Rogers ini menghasilkan
sebuah pentitikberatan pada konseling sebagai aktivitas primer dan mendasar
para konselor sekolah.
Perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika sangat
pesat dengan adanya perkembangan asosiasi konselor amerika mulai tahun 1950 .
Hal ini ditandai dengan berdirinya APGA (American Personnel and Guidance
Association) pada tahun 1952. Selanjutnya, pada bulan Juli1983
APGA mengubah namanya nenjadi AACD (American Association for
Counselling and Development). Kemudian tahun 1992 berubah menjadi the American Counseling Association (ACA).
Melihat prososes perkembangan bimbingan, bahwa yang
mula-mula timbul adalah bimbingan jabatan atau (vocattional guidance), kemudian disusul bimbingan pendidikan (educational guidance), yang selanjutnya
berkembang di dalam masyarakat yang di sebut dengan istilah bimbingan sosial (social guidance). Karena dalam praktek
bimbingan banyak menghadapi individu-individu yang mempunyai masalah yang bermacam-macam,
dengan sendirinya juga memerlukan bantuan yang bermacam-macam pula, sesuai
dengan masalah dan individu yang dihadapi, sehingga lahirlah bimbingan pribadi
(personal guidance).
Akhir-akhir ini terdapat trend di Amerika Serikat, dan di negara-negara lain, tentang adanya
bimbingan karir (career guidance). Pengertian
karir cakupannya amat luas, dan bersifat life long. Artinya, tidak hanya
berkenaan dengan posisi seseorang dalam kedudukan atau pekerjaan tertentu pada
saat tertentu, melainkan meliputi persiapanya dan sesudahnya. Persiapan tersebut
di lakukan di sekolah, terbentukk pada masa pendidikan. Oleh karena itu
pengertian karir merefleksikan kemampuan manusia untuk menghadapi dan menguasai
tuntutan hari depan.
2. Sejarah
Bimbingan dan Konseling di Indonesia
Sejarah lahirnya bimbingan dan konseling di Indonesia diawali sejak
masukkannya bimbingan dan konseling (dulunya bimbingan dan penyuluhan) pada
setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan
salah satu hasil konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat
FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20-24 Agustus 1960.
Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan
jurusan Bimbingan dan Penyuluhan.
Bimbingan dan konseling secara formal dibicarakan
oleh para ahli baru pada tahun 1960. Tetapi di Yogyakarta pada tahun 1958,
Drs.Tohari musnamar, dosen ikip Yogyakarta telah mempelopori pelaksanaan BK di
sekolah untuk pertama kali di SMA Teladan Yogyakarta. Sedang pada tahun 1960 di
adakan konferensi FKIP seluruh Indonesia di Malang, memutuskan bahwa bimbingan
dan konseling dimasukan dalam FKIP. Dan pada tahun 1961 mulai diadakan layanan
bimbingan dan konseling diseluruh SMA Teladan di Indonesia, sejak itu lah BK di
Indonesia dimulai.
Tahun 1971 berdiri Proyek Perintis
Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta,
IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan
IKIP Menado. Melalui proyek ini bimbingan dan konseling dikembangkan, juga
berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan bimbingan dan penyuluhan”
pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas di dalamnya
memuat pedoman bimbingan dan konseling. Tahun 1978 diselenggarakan program
PGSLP dan PGSLA bimbingan dan konseling di IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk
mengisi jabatan Guru bimbingan dan konseling di sekolah yang sampai saat itu
belum ada jatah pengangkatan guru BP dari tamatan S1 Jurusan Bimbingan dan
Konseling. Pengangkatan Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah mulai diadakan
sejak adanya PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Konseling. Keberadaan Bimbingan dan
Konseling secara legal formal diakui pada tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan
No 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Perkembangan sejarah bimbingan dan
konseling di Indonesia lebih banyak dilakukan dalam kegiatan formal di sekolah.
Pada awal tahun 1960 di beberapa sekolah dilakukan program bimbingan akademis
dan konseling yang terbatas. Pada tahun 1964, lahir Kurikulum SMA Gaya Baru,
dengan program bimbingan dan konseling yang saat itu disebut “Bimbingan dan
Penyuluhan” pada waktu itu dipandang sebagai unsur pembaharuan dalam
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Akan tetapi program ini tidak
berjalan, karena kurang persiapan prasyarat dan kekurangan tenaga pembimbing
yang profesional. Untuk mengatasinya pada dasawarsa 60-an Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan dan diteruskan oleh Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(1963) membuka jurusan bimbingan dan konseling yang sekarang dikenal dengan
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan nama Jurusan Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan (PPB). Secara formal bimbingan dan konseling diprogramkan di
sekolah sejak diberlakukannya kurikulum 1975 yang menyatakan bahwa bimbingan
dan konseling merupakan bagian integral pendidikan di sekolah. Petugas yang
secara khusus melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling pada saat itu
disebut Guru Bimbingan dan Penyuluhan (Guru BP).
Pada tahun 1975 berdiri Ikatan
Petugas Bimbingan Indonseia (IPBI), dengan memberikan pengaruh terhadap
perluasan program bimbingan di sekolah yang dilaksankan di Malang. Beberapa
upaya dalam pendidikan yang dilakukan untuk menyempurnakan kurikulum dari
kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Dalam kurikulum 1984 telah dimasukan
bimbingan karier di dalamnya. Usaha untuk memantapkan bimbingan terus dilakukan
dengan diberlakukannya UU No.2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam
Pasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan bagi peranannya
pada masa yang akan datang. Pemantapan bimbingan terus dilanjutkan dengan
dikeluarkannya SK Menpan No. 80/1993 tentang jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya. Dalam Pasal 3 disebutkan tugas pokok guru adalah menyusun program
bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan,
analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program
bimbingan.
Sejak diberlakukannya kurikulum
1994, sebutan untuk Guru BP berubah menjadi Guru Pembimbing, sebutan resmi ini
diperkuat dengan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 84
Tahun 1995 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, serta Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.025/0/1995 tentang Petunjuk
Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya antara
lain mengandung arahan dan ketentuan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
konseling di Sekolah/Madrasah oleh guru kelas di SD dan guru pembimbing di SLTP
dan SLTA. Walaupun kedua aturan tersebut mengandung hal-hal yang berkenaan
dengan pelayanan bimbingan dan konseling, tetapi tugas itu dinyatakan sebagai
tugas guru (dengan sebutan guru pembimbing) dan tidak secara eksplisit
dinyatakan sebagai tugas konselor. Hal ini dapat dipahami karena sebutan
konselor belum ada dalam perundangan. Penggunaan sebutan guru, sangat
merancukan konteks tugas guru yang mengajar dan konteks tugas konselor sebagai
penyelenggara pelayanan ahli bimbingan dan konseling. Guru pembimbing yang pada
saat ini ada di lapangan pada hakikatnya melaksanakan tugas sebagai konselor,
tetapi sering diperlakukan dan diberi tugas layaknya guru mata
pelajaran. Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam
konteks adegan belajar mengajar di kelas yang layaknya dilakukan guru sebagai
pembelajaran bidang studi, melainkan pelayanan ahli dalam konteks memandirikan
peserta didik. (ABKIN: 2007).
Pada tahun 2001 terjadi perubahan
organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonseia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan
dan Konseling Indonesia (ABKIN). Dengan fungsi bahwa bimbingan dan konseling
harus tampil sebagai profesi yang mendapat pengakuan. Kemudian pada tahun 2003
istilah guru pembimbing berganti menjadi konselor. Merujuk pada UU RI No.
20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebutan untuk guru pembimbing
dinyatakan dalam sebutan ‟Konselor.” Keberadaan konselor dalam sistem
pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar
dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator
dan instruktur (UU RI No. 20/2003, pasal 1 ayat 6).
Namun dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP 2006), posisi dan arah layanan bimbingan dan konseling di
sekolah sesungguhnya mengalami kemunduran, karena adanya pemahaman tentang
konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor yang tidak menggunakan materi
pelajaran sebagai konteks layanan keahliannya, dengan ekspektasi kinerja guru
yang menggunakan materi pelajaran sebagai konteks layanan keahliannya.
Bimbingan dan konseling dibawa ke wilayah pembelajaran yang berpayung pada
standar isi, bimbingan dan konseling menjadi bagian dari standar isi yang
dituangkan menjadi pengembangan diri dan menjadi salah satu komponen kurikulum.
izin bertanya kak, sumber artikel dari mana?belum dicantumkan
BalasHapus